Jumat, 24 Mei 2013


"Maka biarkanlah aku kini pergi jauh. Pada sebuah tempat di mana aku bisa menaruh kenangan rapat-rapat. Hingga aku tak kuasa untuk membukanya lagi." - @mas_aih

Kamis, 16 Mei 2013

Hujan yang Berbeda dengan Sosok yang Berbeda


Sore itu, tepat pukul 4 Gita masih sibuk mengurusi seragamnya yang basah. Dia masih terjebak hujan di sekitaran jalan Solo. Hujan yang mengguyur kala itu membuat sejumlah pengendara sepeda motor yang tidak membawa jas hujan untuk berteduh di bawah pohon besar, letaknya tepat bersebelahan dengan Musium Affandi. Dia tak menggubris dengan orang-orang disekitarnya, ia menjauh dan lebih menyendiri. Seperti biasa.

Dari kejauhan seorang pria berkumis tipis mendekatinya. Dari penampilannya dia seperti anak teknik, rambutnya sedikit gondrong, kumisnya tipis, kulitnya tidak begitu putih namun juga tidak terlalu gelap, ya bisa dibilang pria ini manis. Gita sekilas memperhatikan pria tersebut yang baru saja datang untuk berteduh dibawah guyuran hujan. Pria itu tertunduk malu lalu berdiri di sebelah Gita.

Hening.
Mereka berdua terdiam sejenak.

Melihat hujan sederas ini, Gita seakan-akan dijebloskan oleh waktu menuju masa lalu. Hujan itu mampu membuat Gita mengingat masa lalunya. Banyak ia menghabiskan waktu bersama mantan kekasihnya dikala hujan. Bagi Gita hujan tidak hanya sebuah anugrah dari Sang Pencipta, namun hujan juga dapat membuat Gita kembali mengupas luka lama akan ingatan dia bersama mantan kekasihnya. Hubungan yang hanya seumur jagung itu pun kandas. Gita yang selama ini berusaha memperjuangkan hubungannya dengan Dawi (mantan kekasihnya) pun akhirnya berakhir menyedihkan. Lelah akan penantian, lelah akan kepastian, dan lelah segalanya Gita pun mengalah, dia melepaskan semuanya seakan tak peduli akan sikap mantan kekasihnya itu. Namun, sikap seseorang yang seakan tidak peduli itu bukan berarti ia benar-benar tak peduli apalagi dengan orang yang dia sayang.

Jam menunjukkan pukul 5.05. Sudah sejam lebih Gita berteduh di samping Musium Affandi. Bajunya basah, lusuh, mukanya pun kusam. Hari ini dia lupa membawa jaket, padahal biasanya Gita selalu membawa jaket ketika akan pergi kuliah. Saat ini Gita tercatat sebagai mahasiswa di Universitas Respati Yogyakarta. Dia kuliah di jurusan Ahli Gizi, jadiah dia setiap hari mengenakan pakaian seragam. Berbeda dengan mahasiswa lainnya.


"Kok basah banget ?" kata pria manis di samping Gita

"Iya, tadi lupa gak bawa jaket. Jadinya basah semua gini deh hehe" jawba Gita dengan sedikit terkejut

"Kenalin nama aku Ardy"

Dengan sigap pria itu pun mengulurkan tangannya.

"Oh, aku Gita"

Mereka bertatapan.
Gita merasakan aliran darahnya langsung menuju otak. Senyum pria itu ... seperti senyum yang pernah ia kenal.

"Tangan kamu dingin banget" kata Gita

"Iya, tangannya lupa dijaketin sih".

Ardy pun mulai mencairkan suasana.
Gita yang saat itu kurang percaya diri dengan penampilannya lebih banyak menunduk dan tersenyum malu ketika berbincang-bincang dengan Ardy.
Gita memikirkan sesuatu. Ia nyaman ketika Ardy banyak bercerita tentang dirinya. Dia pria yang cerdas pikir Gita. Ardy ternyata tercatat sebagai mahasiswa Teknik Migas di UPNYK. Dari cara Ardy berbicara dia adalah anak yang tanggap dan smart. Gita seakan berubah menjadi pendengar yang baik dan sangat sabar, jauh dari sikap asli Gita yang seakan cuek dan tidak perduli dengan lingkungan semenjak dia diputuskan oleh mantan kekasihnya itu.

Apa yang Gita rasakan?
Apa ini yang disebut jodoh? Entah asalnya dari mana dan waktu yang tidak diduga seseorang bisa menjadi sangat dekat dengan seseorang yang baru ia kenal. Itu mustahil. Apalagi dengan sifat Gita yang cuek dan seakan tidak perduli dengan apa pun yang terjadi. Dia berubah 180 derajat. Namun faktanya, Gita merasa sangat nyaman serta merasa ada pengisi hatinya saat berbicara dengan Ardy. Ini memang singkat. Ini memang instan. Tapi semuanya gak ada yang nggak mungkin kan?

Apa ini yang dinamakan kagum pada pandangan pertama?
Gita tidak percaya akan istilah "cinta pada pandangan pertama" karena baginya ketertarikan awal dengan seseorang tidak mungkin akan langsung menimbulkan cinta. Cinta itu butuh proses dan tidak instan. Mungkin kagum kebih tepat disandingkan dengan istilah ini.

Hujan pun reda sedikit demi sedikit. Gita dan Ardy pun bersiap-siap untuk kembali melanjutkan perjalan mereka ke kos masing-masing. Gita merasa sore saat itu berbeda dari biasanya. Dia menghabiskan sore itu bersama seseorang yang baru ia kenal. Seseorang yang senyumnya telah tersimpan rapi dalam memori otak Gita. Dan seseorang yang sanggup membuat hatinya merasa nyaman.

Ardy yang telah siap dan segera ingin meninggalkan tempat itu.
"Git, aku duluan ya"

"Oh, iya. Kamu hati-hati di jalan. Ntar kebawa arus haha" jawab Gita dengan senyum termanisnya.

"Iya, kamu juga hati-hati. Lain kali bawa jaket biar ga basah kayak gitu seragamnya" pesan Ardy sebelum meninggalkan tempat itu.

"Iya siap!" jawba Gita dengan lantangnya.

Baru ini ada sosok pria yang perhatian selain ayahnya. Ya semenjak Dawi memutuskan hubungan dengannya.
Gita pun memandangi Ardy sampai sosok Ardy hilang dari pandangannya. Satu hal, mereka berdua lupa untuk menukarkan nomor telepon. Gita pun berharap hujan yang akan datang akan mempertemukannya dengan sosok Ardy lagi.

Hujan kali ini beda.
Berbeda karena sosok yang berbeda.

Senin, 13 Mei 2013

Mengumpulkan Serpihan Itu (lagi)

Ditemani lagu PINK feat Nate Ruess yang judulnya Just Give Me A Reason , entah sudah berapa kali lagu ini terus gue dengerin, tanpa sengaja gue nemu twitternya @mas_aih dan gue dapat kata-kata ini dari pict twitternya...





Yap, itu kata-kata dari @mas_aih ngena banget sama yang lagi gue alamin sekarang. Gue lagi mencoba mengumpulkan serpihan itu (lagi), kenapa "lagi" ? yah karena gue sudah merasakan kecewa dua kali dengan orang yang sama, orang yang aku sayang. Kami menjalani hubungan yang biasa disebut LDR selama 6 bulan , dan di bulan Mei dan tanggal kami anniversary dia memutuskan untuk mengakhiri itu semua. Sedih? Jelas. Kecewa? Apalagi. Sebenarnya disaat dia mulai berbeda gue pengen dia mempertahankan gue disini. Tapi yaudah, mungkin ini pilihannya. Biar kita sudahi, gue gak menginginkan dia merasa terbebani dengan gue yang jauh disini. Memang gue berjuang, mungkin dia juga. Tapi buat apa gue perjuangin mati-matian, kalau sebenarnya dia sudah jenuh. Itu sia-sia.

Sudah seminggu kita berpisah, gue mulai menjalani hari-hari ini seperti biasa. Sendiri. Ya karena memang semenjak pacaran juga gue melakukan hal-hal ini sendiri. Tidak begitu sulit, namun memang kuakui ada saat dimana quality time yang gue merasa kehilangan. Tapi, Life Must Go On ... semuanya ada waktunya, dimana masing-masing dari kita akan bertemu dengan orang yang sesungguhnya kita butuhkan. Karena aku yakin Allah akan memberi seseorang yang kita butuhkan itu.

Ini proses hidup. Ya semacam proses pendewasaan diri. Banyak pelajaran yang gue dapet. Gue belajar sabaaaaaar, gue belajar memahami seseorang, gue belajar mengerti, dan yang paling penting gue bisa belajar nahan ego gue. Makasih buat dia yang udah ngasih pelajaran ini ke gue. Mungkin sekarang dia udah bahagia, mungkin juga sekarang dia udah dapet apa yang dia pengen. Gue harap dia juga baik-baik aja disana. dan yang terakhir gue harap dia bisa baca tulisan ini :) 


2013
vira

Minggu, 12 Mei 2013

MOPK bikin streeesss :")

Pagi ini sekitar jam setengah 6 ribut bgt bbm bunyi-bunyi, eh anak-anak pada nge-bbm dengan inti pertanyaan yg sama "mau MOPK dimana je?" ya jelas lah ribut, hari ini awal pendaftaran MOPK itu.
MOPK itu kepanjangan dari Masa Orientasi Pengabdian Kerja, yah semacam praktek gitu lah di awal liburan -_- nah jatah semester ini musti MOPK di rumah sakit selma 1 bulan. dari awal udah galau dilematis mau MOPK dimana, awalnya rencana mau di rumah noh (balikpapan) eh tapi ngga jadi, yaudah akhirnya fix di jogja , teruuuuuus bingung lagi deh maunya di rumah sakit mana #huftbanged hmm pengennya sih di kaliurang :3 .. ntar nih jam 9 mau ke kampus mau daftar MOPK itu , yah doain aja yah semoga dipermudah, semoga dapet tempat praktek yg enak (makanan kalee -,-), yang paling penting semoga bisa bareng anak-anak jugaaa :") amin ..

2013
vira~

Sabtu, 04 Mei 2013

Kedewasaan seseorang bisa dilihat dari bagaimana mereka lari dari masalah… yang sudah dia selesaikan terlebih dahulu dengan komunikasi. Bukan yang mengada-ada masalah karena nggak mau bilang apa maunya diri. " - Dara Prayoga

Kamis, 02 Mei 2013

Bukan Seandainya Dia Tau


Pernah ngga sih kamu sebelum tidur,
mandangin langit-langit kamar?

Tapi kali ini, bukan sambil senyam-senyum sendiri.
Tapi, sambil menatap nanar.
Dan menerawang.

Ngebayangin semua kejadian demi kejadian yang kamu lewatin bareng dia.

Iyaa, dia yang paling berharga buat kamu.
Tapi ternyata, kamu ngga seberharga itu buat dia.

Rasanya, kamu pasti pengen teriak di depan dia.
Biar dia sadar, biar dia mikir.

Tapi ngga bisa!

Yang bisa kamu lakuin cuman nunggu.
Nunggu dia peka.
Nunggu dia sadar.

Lalu timbul pertanyaan besar yang terus berputar di benak kamu sekarang.
Dia ngga peka atau ngga peduli?

Dia ngga punya otak atau ngga punya hati?

Kamu ngga pernah berharap, dia salah satu dari itu.
Tapi kenyataannya, Dia bisa saja KEDUANYA!

NGGA PEKA dan NGGA PEDULI.

Ngga kerasa, air mata netes.
Kamu masih nerawang ke langit-langit kamar.
Mungkin, sambil nunggu keajaiban datang.


Kenapa keajaiban itu ngga ngehampiri kamu?
Tapi minimal, bisa menghampiri dia.
Supaya dia SADAR!
Betapa besar CINTA KAMU KE DIA.

Tapi, biar kamu TERSAKITI sampe SEGININYA.
Dan dia NGGA PEDULI sampe SEGITUNYA.

Kamu bisa apa?
Kamu tetep ngga bisa kemana-manakan?
CINTA itu ngga akan bisa kemana-mana lagi kan?

Keinginanmu pun selalu ada.
Namun, terlalu berharga kan?

Aah, seandainya dia tau sedang dicintai sebegitu besarnya.
Mungkin, ENTAHLAH.

Sebaiknya, ngga perlu BERANDAI-ANDAI.

Jadi, bukan SEANDAINYA DIA TAU,

TAPI,

SEHARUSNYA DIA TAU!

#now playing : Fall For You - Secondhand Serenade

by : (Soundcloud Oka @landakgaul)